Minggu, 16 Oktober 2011
Teori Pemikiran Pembangunan Ekonomi
Ekonomi Pembangunan
Dalam hal pemikiran tentang pembangunan ekonomi telah terjadi suatu perkembangan yang pantas kita perhatikan. Sejak Adam Smith menulis bukunya yang terkenal : An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations (1776) para ahli ekonomi tidak banyak mempersoalkan masalah pembangunan ekonomi. Kemajuan atau pertumbuhan ekonomi dianggap sudah semestinya terjadi. Masalah pembangunan ekonomi baru aktual lagi sesudah Perang Dunia II, ketika banyak negara bekas jajahan mencapai kemerdekaannya dan bertekad untuk segera mengejar keterbelakangannya dan mengatasi masalah kemiskinan, ketergantungan, dan ketertinggalannya.
Sayang dalam ilmu ekonomi yang berlaku pada waktu itu belum banyak terdapat petunjuk atau teori tentang bagaimana caranya membangun suatu negara yang belum Rostov (The Stages of Economic Growth, 1959). Menurut teori ini, dalam proses menjadi negara maju setiap masyarakat harus melalui lima tahap perkembangan, yaitu : dari masyarakat "statis tradisional" melalui tahap "prasyarat" baru bisa "lepas landas" (take off) untuk selanjutnya berkembang atas kekuatan sendiri sampai akhirnya mencapai tahap "masyarakat adil makmur".
Prasyarat-prasyarat yang perlu diusahakan atau dilengkapi sebelurn suatu negara dapat "lepas landas", antara lain:
* Perubahan ekonomi :
kenaikan produktivitas di sektor pertanian dan perkembangan di sektor pertambangan, dengan modernisasi dan penerapan teknologi maju.
- kenaikan daya beli masyarakat sehingga mampu membeli hasil-hasil industri ( lugs pasar ) .
- perluasan prasarana produksi dan sosial di luar sektor industri, seperti perhubungan, perbankan, pendidikan, dan kesehatan..
* Perubahan sikap mental masyarakat :
Sikap yang dibutuhkan untuk pembangunan, antara lain :
herorientasi pada masa depan, kemampuan untuk bekerja sama secara disiplin dan bertanggung jawab, bersikap rasional , efisiensi , menghargai waktu dan kekayaan immaterial.
* Peningkatan kemampuan warga masyarakat untuk menyerap ilmu pengetahuan dan teknologi.
* Kepemimpinan nasional yang berorientasi pada pembangunan.
* Munculnya usahawan-usahawan sejati, bukan yang karbitan.
* Keseimbangan Neraca Pembayaran perlu dijaga untuk memperkecil ketergantungan dari modal luar negeri.
Meskipun penahapan Rostow ini banyak dikritik oleh para ahli ekonomi dan sejarah, namun sebagai pola pembangunan ekonomi nasional mengandung beberapa pengertian yang penting, antara lain bahwa pembangunan harus diartikan sebagai suatu usaha terencana di berbagai sektor secara simultan dan terpadu untuk mempersiapkan tahap "lepas landas", dengan menciptakan pranata dan lembaga sosial sebagai prasyarat yang mendorong perubahan sosial dan budaya.
Perubahan Struktural
Teori yang lebih langsung menanggapi masalah pembangunan ekonomi negara-negara berkembang berpangkal dari pengertian perubahan struktural. Teori perubahan struktural memusatkan perhatiannya pada mekanisme atau cara bagaimana negara "terbelakang" dapat mentransformasikan struktur perekonomiannya dari pertanian tradisional untuk mencukupi kebutuhan sendiri menjadi perekonomian yang lebih modern. Tokoh teori ini adalah W.Arthur Lewis (model dua sektor) yang dikembangkan lebih lanjut oleh John Fei dan Gustav Ranis.
Model W. Arthur Lewis
Dalam model Lewis perekonomian yang terbelakang terdiri dari dua sektor, yaitu sektor tradisional di pedesaan dan sektor industri modern perkotaan yang lebih produktif dan dapat sedikit demi sedikit menampung kelebihan tenaga kerja dari sektor pertanian.
Perhatian utama model ini adalah pada terjadinya proses pengalihan tenaga kerja dari desa ke kota serta pertumbuhan produksi dan kesempatan kerja di sektor modern. Perkembangan sektor modem ditentukan oleh tingkat investasi di hidang industri, sedangkan tingkat upah di perkotaan cukup lebih tinggi untuk menarik tenaga kerja dan desa ke kota tetapi tidak naik dengan terlalu cepat. Yang disyaratkan agar proses ini berjalan dengan baik ialah bahwa keuntungan yang diperoleh di sektor modern ditanam kembali dalam sektor modern (dan tidak dilarikan ke bank di luar negeri), dan di gunakan untuk perluasan usaha (bukan untuk membeli barang modal yang lebih canggih yang justru menghemat tenaga kerja). Juga di andaikan bahwa tenaga kerja yang tidak terampil yang mengalir dari desa ke kota semuanya bisa ditampung di sektor modern. Jelaslah kiranya bahwa syarat-syarat dan anggapan-anggapan ini kenyataannya sulit terpenuhi.
Perubahan Struktural dan Pola Pertumbuhan
Sementara itu, par ahli ekonometri berhasil mengembangkan metode-metode penelitian empiris dengan indikator-indikator yang secara kuantitati dapat menelusuri proses perubahan struktural yang telah terjadi di berbagai negara berkembang. Atas dasar penelitian yang luas dalam sejumlah besar negara berkembang dalam kurun waktu 1950 - 1973. Chenery dan Syrquin (1975) merumuskan sejumlah ciri-ciri yang bersama-sama menunjukkan pola dasar proses perkembangan ekonomi (Patterns of Development), meskipun ada perbedaan-perbedaan antara negara yang satu dengan yang lain karena perbedaan situasi, sumber daya, kebijakan pemerintah, dan sebagainya. Pola perubahan yang terjadi bila pendapatan per kapita suatu negara berkembang mulai naik, antara lain:
* Transformasi struktur produksi: terjadi pergeseran dari produksi harang pertanian ke produksi barang
industri : peranan industri meningkat dan peranan pertanian menurun.
* Tingkat tabungan dan akumulasi modal, baik modal fisik maupun modal manusia (pendidikan) semakin meningkat.
* Terjadi perubahan dalam komposisi permintaan dalam negeri : pengeluaran rnasyarakat untuk pangan
relatif menurun. pengeluaran untuk konsumsi bukan pangan naik, pengeluaran untuk imestasi dan untuk sektor pemerintah meningkat. Biasanya baik impor maupun ekspor naik dan komposisi ekspor berubah dari bahan-hahan mentah menjadi lebih banyak barang industri.
* Penggunaan faktor produksi terjadi pergeseran tenaga kerja dart sektor pertanian ke sektor industri
dan jasa, sedangkan produktivitas di sektor pertanian juga meningkat.
* Perubahan sosial : terjadinya urbanisasi, tingkat kelahiran dan tingkat kematian menurun, sekaligus distribusi pendapatan makin timpang (perbedaan kaya-miskin semakin menyolok).
Dalam model ini selain peranan di atas ditunjuk pula adanya setumpuk faktor lain yang (harus) ikut berubah agar perekonomian dapat berkembang dari sistem Teori Perkembangan Ekonomi
Karena persoalan-persoalan depresi ekonomi 1930-an telah teratasi, maka muncul fenomena ekonomi yang lain di Amerika Serikat. Ada pertanda bahwa tingkat pertumbuhan penduduk menurun, tabungan lebih besar dari investasi, muncullah hipotesis ekonomi dalam keadaan stagnasi. urangan produksi :
1. Robert M. Solow
Solow yang bertolak dari pemikiran ekonomi Neoklasik menyusun pula teori pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan teori produksi yang mengatasi kelemahan-kelemanah model Harrod-Domar. Di sini pun terdapat tiga variabel utama, tetapi unsur ketidakstabilan itu telah dihilangkan. Fungsi produksi dinyatakan dalam modal perkapita; pertambahan modal per kapita sama dengan jumlah tabungan per kapita dikurangi dengan jumlah pertumbuhan investasi per kapita.
Output terbagi dua, yakni untuk konsumsi dan untuk investasi. Dalam model ini ada tiga fungsi utama, yakni fungsi produksi, fungsi tabungan, dan fungsi investasi. Dengan demikian, tingkat keseimbangan antara ketiga fungsi itu stabil yang sedang berkembang, kemungkinan terjadi perangkap-pertumbuhan, karena tingkat akumulasi modal yang kecil, bahkan tingkat pertumbuhannya dapat lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk.
2. Teori Pertumbuhan Baru
Robert Lucas dari Universitas Chicago mengemukakan fenomena internasional yang tidak sesuai dengan teori pertumbuhan neoklasik, misalnya adanya perbedaan antara negara dan juga migrasi penduduk antar negara. Jika memang teknologi di seluruh dunia tidak berbeda, skil manusia yang terwujud dalam human capital seharusnya tidak berpindah dari negara sedang berkembang , dimana human capital telah tersedia dalam jumlah banyak, seperti yang banyak terjadi sekarang ini. Para ekonomi pertumbuhan yang baru, di sisi yang lain menekankan pentingnya perekonomian eksternal sebagai sumber akumulasi kapital.
3. Friedrich List
Pelopor Historismus : Eksponen Nasionalisme Ekonomi Bahwa Tahap Perkembangan Ekonomi yaitu dengan "cara produksi" :
1. Tahap Primitip
2. Tahap Beternak
3. Tahap Pertanian
4. Industri Pengolahan (Manufacturing)
5. Pertanian, Industri Pengolahan & Perdagangan
4. Karl Bucher
Sintesa Pendapat List dan Bruno Perkembangan Ekonomi Ada 3 tahap :
1. Produksi untuk kebutuhan Sendiri (subsistence)
2. Perekonomian Kota dimana pertukaran sudah meluas
3. Perekonomian Nasional dimana peran pedagang menjadi semakin penting ekonomi tradisional menjadi sistem modern. Chenery juga menunjuk pada kendala-kendala dari dalam negeri seperti keterbatasan sumber daya, jumlah dan pertambahan penduduk, rintangan kelembagaan, kebijakan dan cara kerja pemerintah. Juga kendala yang berasal dari dunia internasional seperti kesulitan (atau kemudahan) mendapatkan modal dari luar negeri, peralihan teknologi (canggih tapi padat modal padahal yang dibutuhkan teknologi madya yang padat karya), dan sebagainya.
ol
Kamis, 06 Oktober 2011
3 Prasa
rumangsa handarbeni, melu hangrukebi, mulat sariro hangrosowani
Ketika di benua Eropa rame dibicarkan tentang prinsip-prinsip dasar dalam ilmu kepemimpinan, seperti trilogi ilmu kepimpinan (sense of belonging , sense of participate voluntrarily defend, sense of introspection), filosopi ilmu kepemimpinan itu sudah ada di Jawa.
Menurut orang-orang Eropa meniru filosofi Jawa yang sudah ada, yakni Tri Brata pada zaman Kerajaan Mangkunegara I. Orang Jawa sudah mengenal ajaran itu beratus ratus tahun lamanya sebelum orang-orang Eropa menyebarkan trilogi, 3 dasar ilmu kepemimpinan.
Filosofi Tri Brata sebagai prinsip dasar orang Jawa, kata Sujarmin, harus rumongso melu handarbeni, wajib melu Hangrukebi, mulat sariro hangroso wani. Rumangsa melu handarbeni, artinya merasa ikut memiliki. Ajaran ini memberikan petunjuk bahwa dihubungkan dengan tugas negara, lembaga, dan lain-lain.
Maka seyogianya kita merasa itu merupakan milik kita dalam arti positif, yaitu suatu semangat untuk sayang kepada yang kita miliki. Dengan demikian, dalam melaksanakan tugas, kita akan lebih bersungguh-sungguh karena sadar bahwa yang kita lakukan untuk kepentingan kita sendiri dan lingkungan. Ajaran ini kalau dalam bahas Inggri dikenal dengan istilah sense of belonging,
Wajib melu hangrukebi, artinya wajib ikut membela. Mengingat bahwa yang kita hadapi adalah milik kita, maka sebagai konsekunesinya kita wajib membela dan memeliharanya dengan secara suka rela tanpa diperintah atau sense of participate voluntrarily defend,
Mulat sariro hangroso wani, artinya mawas diri, untuk kemudian berani bersikap. Seseoarang yang bertindak seyogyanya melihat ke dalam dirinya dengan jujur, apakah yang akan di lakukan selaras antara pikiran . perkataan dan perbuatannya, berarti sense of introspection,
Tentang kebenaran orang Jawa ahli bisnis, bahwa pada zaman kerajaan Mangkunegara IV berkuasa, Mangkunegara adalah prototipe pemimpin Jawa yang memahami kearifan lokal dalam alam pikiran dan mengejawantahkannya dalam tindakan.
Sebagai orang Jawa, ketajaman visinya diimbangi dengan kepedulian terhadap rakyat. Ia barangkali sosok yang layak merepresentasikan etika altruistik kelas priyayi. Etika itu mengajarkan bahwa keberhasilan seseorang dalam hal kekuasaan, kepandaian, dan kekayaan tidak boleh dinikmati sendiri, melainkan juga dibagikan pada kerabat dekat dan lingkungan sekitar.
Dengan begitu, orang Jawa memang terkenal ahli stragei bisnis yang arif. Sujarmin mencontohkan bahwa dalam Serat Wedhatama, Mangkunegara IV banyak melukiskan konsep berusaha yang ideal dalam pandangan Jawa. Satu di antaranya, ia menekankan perlunya Asta Gina, yakni ajaran yang berisi delapan prinsip mendasar bagi pelaku dagang (bisnis) agar tak semata mengejar laba. Hakikat berusaha, dalam pandangan Mangkunegara IV, adalah meningkatkan etos dan sekaligus etika kerja.
Pertama, panggautan gelaring pambudi. Artinya, tiap usaha yang dijalankan harus digeluti secara maksimal. Kedua, rigen, yakni cerdas memilih jalan keluar bagi suatu masalah. Ketiga, gemi, yakni sikap hidup hemat dan mampu menabung keuntungan. Keempat, nastiti berarti kecermatan dan ketelitian mutlak dibutuhkan dalam bekerja untuk memperoleh hasil yang dikehendaki.
Kelima, weruh ing petungan. Artinya, seorang pebisnis harus punya kalkulasi untung-rugi yang matang. Keenam, taberi tatanya, jangan pernah malu bertanya pada para ahli atau pakar. Ketujuh, nyegah kayun pepinginan, jika ingin sukses lahir batin, seseorang harus menjauhi sikap hura-hura dan menahan diri dari segala hawa nafsu. Terakhir, kedelapan adalah nemen ing seja, yaitu ketetapan hati dan kebulatan tekad dalam berusaha.
Selain ajaran Asta Gina yang begitu monumental yang telah diakarkan oleh Mangkunegaran IV, dikenal juga banyak ajaran kearifan, di antaranya soal etos dagang orang jawa yang membawa kemakmuran serta kesejahteraan pada masa kepemimpinan Mangkunegara IV. Etos dagang yang nilai utamanya bukan pada banyaknya harta yang diperoleh, akan tetapi prosesnya yang harus benar menurut tradisi jawa dan agama. Etos lain adalah semangat menjaga kebersamaan dan sikap kekeluargaan.
Mari Kita bersama sama memaknai ajaran dan budaya kita yang sudah tertanam beratus ratus tahun yang lalu. Jangan sampai budaya kita malah ditiru di negeri orang,malah generasi kita nggak tahu sama sekali. Ini kan sangat meprihatinkan. Padahal, masih banyak ajaran filosofi yang diajarkan Mangkunegara yang bisa kita ambil untuk kejayaan negeri Indonesia.
oL
Langganan:
Postingan (Atom)