Laman

Jumat, 14 September 2012

Festival Kue Bulan

Dewi Bulan
 Sejarah
Perkataan Tiong Chiu berasal dari kata Tiong berarti tengah dan Chiu berarti musim rontok, jadi boleh dikatakan sebutan Tiong Chiu arti secara harafiah berarti pertengahan musim rontok. Namun demikian masyarakat lebih kenal dengan sembahyang Tiong Chiu Pia sebenarnya penyebutan ini tidak tepat/salah kaprah namun kenyataan dalam kebiasaan masyarakat tetap demikian.

Perayaan sembahyang kue bulan tahunan setiap tanggal 15 bulan delapan kalender Imlek. Pada hari itulah bulan paling bulat dan paling terang sepanjang tahun, karena pada hari itu jarak bulan dengan bumi dan bentuk kue yang bulat melambangkan terangnya bulan menyinari bumi.
Bicara Tiong Chiu Pia dapat dibagi dalam tiga bagian (1) Adat Sembahyang Dewi Bulan, (2) kisah Dewi Bulan, (3) Kue.

Pertama, sebelum Dinasty Qin 221-206 SM rakyat China sudah mengenal tradisi/adat sembahyang Dewi Bulan yang dihubungkan dengan posisi bulan bagi masyarakat untuk cocok tanam (agraris). Karena dianggapnya sinar rembulan dapat memberikan kesuburan dalam ekosistem tanah bagi kaum petani dan dimalam purnama memang bulan terterang sepanjang tahun juga diikuti musim panen.

Kedua, menurut legenda zaman dahulu kala terdapat 10 matahari yang sangat mempengaruhi ekosistem bumi sehingga oleh Dewa Ho Yi pemanah Jitu Khayangan/langit, dipanalah matahari hingga sisa satu. Peristiwa ini Yi Wang Ta Tie (Tuhan) sangat malah dan menghukum HOYI dan istrinya Chang Er dengan cara menjadikan pasangan ini menjadi masyarakat biasa/ hidup di duniawi. Suatu hari mereka menemukan obat awet muda sepanjang masa dan dimakan oleh istrinya Chang Er sehingga tubuhnya ringan dan terbang menuju bulan. Dari sinilah asal muasal sembahyang Dewi Bulan.

Ketiga, kue Tiong Chiu Pia. Pada tahun 1206 M China dijajah Mongolia pimpinan Tieh Mu Chen hingga tahun 1368 M berarti selama 89 China dijajah Mongolia. China berhasil merebut kembali dari Mongolia berkat upaya kepala pengemis Zhu Yan Chang menjelang sembahyang Dewi Bulan mengedarkan pesan-pesan dalam kue-kue agar pada malam purnama (Tiong Chiu) kita merebut kekuasaan kembali dari tangan Mongolia dan ternyata berhasil bertepatan pada tanggal 9 September 1368 M. Semenjak itulah kue Tiong Chiu mengalami perkembangan hingga dewasa ini. Dan semenjak inilah berdirinya kerajaan pertama di Tiongkok dengan sebutan Dinasty Ming (1368-1644 M). Masa kepemimpinan Tieh Mu Chen 1206-1368 M oleh adiknya bernama Hu Pit Lei Han dinamai Dinasty Yan (1206-1368) M.

 Religius
Sembahyangan Tiong Chiu diselenggarakan pada tanggal 15 bulan delapan Imlek (Pue Gwee Cap Go) secara religius sebagai pernyataan syukur kepada Malaikat Bumi (Too Ti Kong/Hok Tik Cing Sien). Penyambutan di saat bulan purnama di pertengahan musim rontok di belahan bumi Utara. Saat itu cuasa baik dan bulan nampak sangat cemerlang. Para petani sibuk dan gembira karena berada di tengah musim panen. Maka musim itu dihayati sebagai saat-saat yang penuh berkah Tuhan Yang Maha Esa lewat bumi yang menghasilkan berbagai hasil bumi, sehingga malaikat Bumilah disembahyangi terutama bagi negara agraris yang terdapat empat musim seperti Cina.

Pada saat purnama yang cemerlang itu dilakukan sembahyang kepada Dewa Bumi sebagai pernyataan syukur atas berkah yang diperoleh. Sebagai sajian khususnya ialah Tiong Chiu Pia yang melukiskan rembulan juga melambangkan Dewa Bumi. Di dalam Upacara sembahyang Besar Tiong Chiu hendaknya dihayati makna yang tersirat bahwa Tuhan Maha Besar, Maha Pengasih dan segenap berkah karunia itu hendaknya mendorong dan meneguhkan Iman, menjunjung dan memuliakan kebajikan karena makna Dewa Bumi membawakan berkah atas kebajikan. Menghormati Dewa Bumi hendaknya mengingatkan pula kepada Sabda Nabi Ie Ien yang berbunyi “sungguh milikilah yang satu-satunya, yaitu “kebajikan”, Dialah yang benar-benar berkenan di hati Tuhan. Jangan berkata Tuhan memihak kepadaku, hanya Tuhan senantiasa melindungi yang satu, yakni kebajikan”.

Selain sembahyang Dewa Bumi, masyarakat justru banyak yang sembahyang kepada Dewi Bulan di malam hari. Soal spiritual tidak ada yang bisa menghalangi seseorang untuk menunaikan ibadah dan yang penting adanya niat untuk memberikan kelurusan dalam hati dengan membuka pintu rohani menunaikan ibadah untuk memberikan kenyamanan bathin bagi yang melaksanakannya. Justru kemelian perayaan malam purnama adanya persembahyangan kepada Dewi Bulan Selain sajian kue bulan juga bermakna mendoakan mendapatkan kecantikan bagaikan Dewi Bulan sepanjang jagad yang disimbolkan dengan bedak untuk dipakai oleh para pemuja.

Moon Cake
 Moon cake
Kotak biru dengan gambar seorang dewi jelita tampil dengan apik. Isinya tak kalah menarik, moon cake / kue bulan
Dewi bulan  yang mengantar legenda Mid-Autumn festival atau festival musim gugur memang cocok menjadi gambaran kecantikan kreasi kue bulan dari beberapa restaurant di hotel bintang yang ikut merayakan moon cake festival.  

Festival Bulan atau Festival kue bulan, berlangsung pada malam bulan purnama pertama selama 8 bulan pada kalender lunar. Festival tradisional ini sebagian besar dari perayaan berpusat pada kekaguman bulan, yang pada saat ini tahun biasanya bulat dan kuning, seperti kuning telur raksasa. 

Berbagai hotel berbintang di Indonesia setiap tahunnya menjelang perayaaan festival kue bulan berlomba-lomba mengeluarkan kreasi kue bulan untuk menarik hati pelanggannya. Dari inovasi dalam rasa, bentuk, sampai kemasan penghantar kue bulan.

Cara pembuatan kue bulan di buat secara hati-hati satu persatu dengan tangan. Alat pencetaknya pun masih terbuat dari kayu yang khas traditional. Kue bulan biasa menggunakan kulit terbuat dari telur lalu di berikan isian sesuai rasa yang di inginkan. Baru kemudian adonan di panggang. Bentuknya bulat dan warna cokelat keemasan dari hasil panggangan.

Berbeda dengann kue bulan biasa, kue bulan dengan snow skin tidak di panggang. Di selimuti dengan kulit dari tepung beras. Teksturnya lembut dan enak di makan dalam keadaan tidak panas. Rasa yang tersedia adalah cokelat truffle yang di buat dari cokelat premium dari swiss, rasa durian, rasa teh hijau, rasa kacang merah, rasa wijen, dan rasa talas. Aroma teh hijau terasa betul di lidah saat menggigit green tea jelly moon cake. Namun saya rekomendasikan rasa jelly moon cake, rasa manis dengan aroma lemon yang asam, paduan yang menyegarkan lidah. Satu kue pun tak cukup.

Harga untuk sekotak kue bulan mulai dari  Rp 298.000 (++) tergantung jenis kue bulan dan ukurannya. Kue bulan tersedia sampai tanggal 30 september 2012 di berbagai hotel bintang dan toko-toko lainnya.

Untuk merasakan perayaan festival kue bulan, bagaimana kalau menikmati kue bulan dengan secangkir teh sambil menatap bulan yang terang di tepian danau bersama pasangan atau keluarga tercinta anda. Apalagi bila anda menikmati bulan purnama tepat pada tanggal 30 september 2012. Sungguh perayaan yang takkan terlupakan untuk festival mooncake tahun ini. 



















ol