Laman

Senin, 23 Januari 2012

Perayaan Imlek 2563

Tahun Baru Cina adalah pesta terpanjang dan yang paling penting dalam kalender Cina. Asal Tahun Baru Cina itu sendiri abad signifikansi tua dan keuntungan karena beberapa mitos dan tradisi. Tahun Baru Cina dirayakan di negara-negara dan wilayah dengan populasi Cina yang signifikan, seperti Cina Daratan, Hong Kong, Indonesia, Tibet, Makau, Malaysia, Filipina, Singapura, Taiwan, Thailand, dan juga di Pecinan di tempat lain. Tahun Baru Cina dianggap sebagai hari libur besar untuk orang Tionghoa dan memiliki pengaruh pada perayaan tahun lunar baru dari tetangga geografis, serta budaya dengan siapa Cina memiliki interaksi yang luas .Di negara-negara seperti Australia, Kanada dan Amerika Serikat, meskipun Tahun Baru Cina bukan merupakan hari libur resmi.
awesome
 Di Cina, adat regional dan tradisi-tradisi mengenai perayaan tahun baru Cina sangat bervariasi. Orang akan mencurahkan uang mereka untuk membeli hadiah, dekorasi, materi, makanan, dan pakaian. Itu juga merupakan tradisi yang setiap keluarga secara menyeluruh membersihkan rumah untuk menyapu bersih setiap nasib buruk-dengan harapan untuk membuat jalan masuk yang baik untuk keberuntungan. Jendela dan pintu akan dihiasi dengan warna merah kertas – luka dan kuplet dengan tema populer “ keberuntungan “ atau kebahagian”, " kekayaan", dan "panjang umur". Pada malam Tahun Baru Cina, makan malam adalah pesta dengan keluarga. Makanan akan mencakup item seperti babi, bebek, ayam dan hidangan manis.

Keluarga akan mengakhiri malam dengan petasan. Keesokan paginya, anak-anak akan menyapa orang tua mereka dengan harapan mereka tahun baru yang sehat dan bahagia, dan menerima uang dalam amplop kertas merah yang bahasa trendnya adalah angpau.
Tradisi Tahun Baru Cina adalah untuk mendamaikan, melupakan semua dendam dan tulus mengharapkan perdamaian dan kebahagiaan bagi semua orang.
Atraksi Barongsai
Yang paling penting, hari pertama Tahun Baru Cina adalah waktu untuk menghormati orang tua dan keluarga seseorang mengunjungi anggota tertua dan paling senior dari keluarga besar mereka, biasanya orangtua mereka, kakek-nenek dan kakek-nenek buyut.
Beberapa keluarga mungkin mengundang barongsai rombongan sebagai ritual simbolis untuk mengantar Tahun Baru Cina serta mengusir roh-roh jahat dari tempat.


Central Park
  Anggota keluarga yang sudah menikah juga memberikan amplop merah berisi uang tunai untuk anggota junior dari keluarga, kebanyakan anak-anak dan remaja. Manajer bisnis juga memberikan bonus melalui amplop merah untuk karyawan untuk keberuntungan dan kekayaan.




Kilas Balik Imlek 1950, Pancoran
kawasan Pecinan sekitar Jalan Pancoran, Glodok sekitar 1950 sampai 1960-an, pada tiga hari menjelang Imlek di sepanjang Jalan Pancoran ada pasar malam yang menjual pernak-pernik Imlek. "Keramaian itu dimanfaatkan oleh muda-mudi untuk berkeliling dan saling lirik. Masyarakat Tionghoa pada masa itu menyebut pasar yang dimaksud sebagai Pasar Malam Imlek.
Imlek periode 1950-an Jalan Kali Toko Tiga yang terletak dekat Jalan Pancoran dipenuhi penjual bandeng. Tradisi masyarakat Tionghoa bandeng adalah salah satu ikan favorit pada perayaan Imlek. Bandeng merupakan salah satu hewan yang dijadikan persembahan, selain babi dan ayam. "Selain sebagai persembahan, pada masa itu bandeng dianggap sebagai 'kado' bagi calon mertua. Jadi pembeli bandeng saat itu bukan hanya ibu-ibu, tapi juga pria yang sudah memiliki pasangan atau akan menikah.

Sekarang sudah amat jarang saya temukan keluarga keturunan Tionghoa yang memanfaatkan bandeng dalam perayaan Imlek atau untuk menarik hati keluarga pasangannya. "Generasi muda sudah tidak mengenal tradisi tersebut. Hilangnya beberapa kebiasaan atau tradisi, disebabkan oleh pelarangan kebudayaan Tionghoa pada masa pemerintahan Soeharto. "Selama 32 tahun masyarakat Tionghoa tidak bisa terang-terangan merayakan Imlek, penjualan pernak-perniknya juga dilarang," Akibatnya, generasi keturunan Tionghoa yang tumbuh pada periode 1990-an akhir hanya dapat mendengar cerita-cerita dari kerabat mereka yang sudah sepuh.

Pada masa pemerintahan Gus Dur, Pemerintah Kota Jakarta Barat sempat berupaya merekonstruksi kawasan Pancoran dan Kali Tiga seperti periode 1950-an ketika perayaan Imlek boleh dilakukan. Upaya pemerintah adalah dengan membuat bazaar Imlek dan pasar bandeng di kawasan tersebut."Tapi tidak berjalan lancar karena masyarakat sudah tidak mengenal tradisi tersebut. Akhirnya sekarang hanya ramai jual-beli pernak-pernik Imlek di sini. Sekarang jika menjelang Imlek masih ada penjual bandeng di kawasan tersebut, tapi tidak seramai periode 1950-an.





                                                     Meriahkan Imlek Dengan Cheongsam
Cheongsam
Liong, lampion, angpao dan Cap Go Meh adalah hal-hal yang tak bisa lepas dari perayaan tahun baru Imlek. Namun, ada satu hal lagi yang juga tak boleh terlewati saat merayakan tahun baru warga Tionghoa ini bersama keluarga.
Ya, mengenakan cheongsam. Pakaian adat China ini akan membuat perayaan Imlek Anda semakin meriah. Pada umumnya, cheongsam berwarna merah dan sebagian besar motifnya berbentuk bunga. Namun ada juga cheongsam dengan motif sesuai shio tahun. Seperti tahun ini, Naga Air.
Cheong­sam biasa­nya memi­liki model simpel. Kerahnya yang dibuat dengan de­sain shanghai kaku, dipadu­kan dengan kancing Cina di bagian pinggir atau membentuk segitiga di bagian dada.
Warna kuning atau hitam biasanya dipilih sebagai perpaduan yang menghiasi bagian garis dan warna kancing yang digunakan dalam pakaian ini.


Di China sendiri, gaun tradisional para wanita Tionghoa tersebut lebih dikenal dengan nama qipao.Busana bergaya oriental yang memiliki siluet pas badan tersebut memiliki sejarah panjang yang berasal dari tradisi bangsa Manchu, suku yang berdiam di wilayah utara China. Para wanita Manchu punya kebiasaan mengenakan busana terusan panjang yang mereka sebut qipao.Ketika revolusi terjadi pada 1911 yang membawa Dinasti Qing yang dipimpin bangsa Manchu ke puncak kejayaan, qipao pun menjadi busana nasional yang dikenakan oleh seluruh wanita China.Awalnya, qipao hanya digunakan wanita bangsawan dan terbuat dari kain sutra dengan hiasan sulaman dekoratif pada bagian kerah, lengan, dan ujung busana. Pada 1920, qipao atau yang kini sudah lebih dikenal dengan nama cheongsam menjadi populer di seantero China.Masuknya budaya Barat ke China juga ikut mengubah gaya cheongsam, yang biasanya dibuat longgar, kini semakin erat memeluk tubuh, ujung lengannya menjadi semakin sempit, panjangnya pun semakin variatif.Tidak lagi berukuran sebatas mata kaki, ada juga yang memotongnya sebatas betis atau malah sebatas lutut. Sepuluh tahun kemudian, cheongsam dianggap busana fashionable dan semakin banyak gaya baru diperkenalkan, ada yang membuatnya menjadi bentuk halter tanpa lengan, ada juga yang bermain dengan sulamannya.
Pada 1960-an, cheongsam menjadi busana standar kaum wanita China dan bahkan mulai memasuki dunia fashion bangsa Barat. Kini, cheongsam telah menjadi bagian yang terpisahkan dari fashion internasional dan menjadi sumber inspirasi bagi banyak desainer kenamaan, termasuk Marc Jacobs yang membuat koleksi cheongsam untuk show Louis Vuitton pada musim semi dan musim panas 2011. 

                                                                                       Kue Keranjang
Tiampan
yang disebut juga sebagai Nian Gao (年糕) atau dalam dialek Hokkian Tii Kwee (甜棵) , yang mendapat nama dari wadah cetaknya yang berbentuk keranjang, adalah kue yang terbuat dari tepung ketan dan gula serta mempunyai tekstur yang kenyal dan lengket. Kue ini merupakan salah satu kue khas atau wajib perayaan tahun baru Imlek, walaupun tidak di Beijing pada suatu saat. Kue keranjang ini mulai dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur, enam hari menjelang tahun baru Imlek dan puncaknya pada malam menjelang tahun baru Imlek. Sebagai sesaji, kue ini biasanya tidak dimakan sampai Cap Go Meh (malam ke-15 setelah Imlek).  Dipercaya pada awalnya kue, ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku agar membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga. Selain itu, bentuknya yang bulat bermakna agar keluarga yang merayakan Imlek tersebut dapat terus bersatu, rukun dan bulat tekad dalam menghadapi tahun yang akan datang. Kue keranjang diproduksi banyak kota, salah satunya adalah di Bogor dan Yogyakarta.

                                                                                    Cap Go Meh
Melambangkan hari ke-15 dan hari terakhir dari masa perayaan Imlek bagi komunitas kaum migran Tionghua yang tinggal di luar Cina. Istilah ini berasal dari dialek Hokkien dan secara harafiah berarti hari kelima belas dari bulan pertama ( Cap = Sepuluh, Go = Lima, Meh = Malam).
Saat itu juga merupakan bulan penuh pertama dalam Tahun Baru tersebut.
Perayaan ini dirayakan dengan jamuan besar dan berbagai kegiatan. Di Taiwan ia dirayakan sebagai Festival Lampion. Di Asia Tenggara ia dikenal sebagai hari Valentine Tionghoa, masa ketika wanita-wanita yang belum menikah berkumpul bersama dan melemparkan Jeruk ke dalam laut - suatu adat yang berasal dari Penang, Malaysia.

~ Yuk Tengok Perayaan Imlek di Jakarta, Pontianak, dan Singkawang ~

                                                                                  
Jakarta
Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 di Jakarta , Sejumlah warga keturunan Tionghoa melaksanakan sembahyang perayaan Imlek di kawasan Pecinan, Glodok, Jakarta, Minggu dan Senin (22-23 Januari 2012). Warga Tionghoa merayakan Tahun Baru Imlek 2563, berharap memperoleh rejeki yang berlimpah dan selau diberi kesehatan dan kesuksesan.
                                                                                       Pontianak 
Jl.Gajah Mada
Pesta kembang api memeriahkan suasana perayaan malam Tahun Baru Imlek 2563 di Kota Pontianak, Kalimantan Barat. Acara berlangsung meriah sejak A (22/1) malam hingga Senin (23/1) dini hari.
Percikan kembang api menghiasi langit Kota Pontianak, seperti di Jalan Gajah Mada, Jalan Tanjung Pura, Jalan Suprapto, dan Jalan Imam Bonjol. Ribuan warga Kota Pontianak memadati jalan utama, guna menyaksikan semaraknya malam perayaan Imlek tahun naga air ini.  

Stadion Krisdasana
Singkawang
Walikota Singkawang Dr. Hasan Karman, SH,MM secara resmi membuka Perayaan Imlek 2563 dan Festival Cap Go Meh Tahun 2012 di Stadion Kridasana, Minggu (22/1).
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka untuk memeriahkan Perayaan Imlek 2563 dan Festival Cap Go Meh Tahun 2012 di Kota Singkawang.
Dalam perayaan kali ini, Panitia Perayaan Imlek 2563 dan Festival Cap Go Meh Tahun 2012 menyuguhkan berbagai macam pertunjukan menarik seperti Naga Lampion sepanjang 138 meter, yang ditargetkan bisa masuk Rekor MURI. Selain itu juga ada miniatur tembok besar Cina yang didalamnya terdapat hutan-hutan Mei Hwa, kolam ikan dan rumah kuno serta miniatur naga air.

Ketua Panitia Perayaan Imlek 2563 dan Festival Cap Go Meh Tahun 2012, Beny Setiawan, dalam laporannya mengatakan Perayaan Imlek 2563 dan Festival Cap Go Meh Tahun 2012 dapat terlaksana tidak terlepas dari peran Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Pemerintah Kota Singkawang, dan sponsor.
“Juga peran serta masyarakat Kota Singkawang yang begitu antusias memberikan dukungan kepada panitia pelaksana untuk mewujudkan semua rangkaian kegiatan yang direncanakan,”kata Beny.
Walikota Singkawang Hasan Karman mengatakan, Perayaan tahun baru Imlek 2563 ini dapat menjadi momentum yang baik untuk mengevaluasi dan introspeksi diri apa yang sudah dicapai dan yang belum dicapai.
Pantai Pasir Putih
 “Saat pergantian tahun seperti ini sangat tepat, jadi setelah kita tahu dimana kekurangan kita, apa yang belum kita capai, maka kita akan membawa sebuah semangat baru untuk mencapai tujuan itu,” kata Hasan.
Dalam kesempatan tersebut Walikota dan rombongan langsung mengelilingi Miniatur Tembok China serta menikmati hutan Mei Hwa dan berbagai foto-foto, miniatur naga air.
Hadir dalam kegiatan tersebut Wakil Walikota Singkawang, Ketua dan Anggota DPRD Kota Singkawang,  Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kota Singkawang, Perwakilan dari Kodam XII Tanjung Pura, Komandan RIndam Nugroho, Komandan Brigif, Ketua Panitia  Perayaan Imlek 2563 dan Festival Cap Go Meh 2012 beserta seluruh anggota.


Kesimpulan
Dalam jutaan orang Tionghoa yang ada di dunia ini, ternyata yang mengetahui sejarah dan asal usul Tahun Baru Imlek memang tidak banyak. Biasanya mereka hanya merayakannya dari tahun ke tahun bila kalender penanggalan Imlek telah menunjukan tanggal satu bulan satu. Jenis dan cara merayakannya pun bisa berbeda dari satu suku dengan yang lain. Perayaan Tahun Baru Imlek merupakan sebuah perayaan besar bagi masyarakat Tionghoa. Menggantung lentera merah, membunyikan petasan dan menyembunyikan sapu adalah salah satu keunikan dari perayaan ini. Disamping itu, masyarakat Tionghoa juga akan mulai menempel gambar Dewa Penjaga Pintu pada hari-hari perayaan ini.
Hal ini dikarenakan luasnya daratan Tiongkok dengan beraneka ragamnya kondisi alam, lingkungan baik secara geografis maupun demografis, belum lagi secara etnis. Ada yang dimulai dengan sembahyang kepada Thian dan para Dewa, serta leluhur, ada pula yang dimulai dengan makan ronde, maupun kebiasaan-kebiasaan lain sebelum saling berkunjung antar sanak saudara sambil tidak lupa membagi-bagi “Ang Pau” untuk anak-anak, yang tentu saja menerimanya dengan penuh kegembiraan.
Dalam penanggalan Tionghoa masih ada lagi hitungan siklus 12 tahunan, yang kita kenal dengan “Shio”, yaitu Tikus, Sapi, Macan, Kelinci, Naga, Ular, Kuda, Kambing, Monyet, Ayam, Anjing, Babi.
Penanggalan Tionghoa tidak hanya mengikuti satu sistem saja, tetapi juga ada beberapa unsur yang mempengaruhi, yaitu musim, 5 unsur, angka langit, shio, dll.  

Dalam konteks ini, kita perlu memahami sistem kepercayaan Tionghoa melalui penanggalan yang berusia lebih dari 3.000 tahun sebagai tradisi, yang dipertahankan turun-temurun dan dipercaya mampu memberikan arti yang menjadikan orang Tionghoa sebagai bangsa yang besar dan kuat.
Mereka yang tidak bisa melihat makna sistem kepercayaan Tionghoa dalam berbagai perubahan ini condong melihat perubahan dalam perspektif horizontal sehingga tidak merasakan adanya perubahan besar. Kepercayaan dan adat istiadat harus dilihat secara vertikal untuk mampu mengartikan perubahan besar dalam sistem penanggalan Tionghoa.
Memang tidak mudah membagi secara sederhana sistem kepercayaan dan adat istiadat sehingga sulit mendamaikan perbedaan-perbedaan Timur-Barat, seperti halnya menyederhanakan Kristen, Konfusianis, ataupun komunisme. Melakukan reduksi atas istilah dalam filsafat sederhana seperti kapitalisme, liberalisme, atau Marxisme memang menjadi lebih sulit untuk mengukur perspektif Tahun Naga Air.
Gilbert Rozman dalam buku In The East Asian Region: Confucian Heritage and Its Modern Adaptation (1991) menulis perbedaan yang melekat antara budaya Timur dan Barat, merupakan kemungkinan hasil dari pemisahan paksa karena geografi dan konsekuensi dari kontak terbatas selama ribuan tahun.
Berbagai perubahan yang terjadi di daratan China serta belahan-belahan Asia lain merupakan konsekuensi faktor sejarah yang bertahan terus-menerus. Konteks ini yang menjelaskan perubahan besar Tahun Naga sebagai elemen denominator yang mengabaikan batas-batas nasional.

Masyarakat keturunan Tionghoa di Indonesia kembali mendapatkan kebebasan merayakan tahun baru Imlek pada tahun 2000 ketika Presiden Abdurrahman Wahid  mencabut Inpres Nomor 14/1967. Kemudian Presiden Abdurrahman Wahid menindak lanjutinya dengan mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 19/2001 tertanggal 9 April 2001 yang meresmikan Imlek sebagai hari libur fakultatif (hanya berlaku bagi mereka yang merayakannya). Baru pada tahun 2002, Imlek resmi dinyatakan sebagai salah satu hari libur nasional oleh Presiden Megawati Soekarnoputri  mulai tahun 2003.
 

                                       
Happy chinese new year 23 januari 2012
                                                        "Gong Xie! Fat! Chai"
                                                          "Sin Nie Chin Phu"
                                                               "Wan Se Ju Ie"
                                                         "Sen Thie Chien Kang"


ol

Tidak ada komentar:

Posting Komentar