Laman

Minggu, 27 November 2011

Tarian Budaya Barongsai


Barongsai Teratai Tebing Tinggi
Barongsai mulai populer di zaman dinasti Selatan Utara ( Nan Bei ) tahun 420-589 Masehi. Kala itu pasukan dari raja Song Wen Di kewalahan menghadapi serangan pasukan gajah raja Fan Yang dari negeri Lin Yi. Seorang panglima perang bernama Zhong Que membuat tiruan boneka singa untuk mengusir pasukan raja Fan. Ternyata upaya itu berjalan sukses hingga akhirnya tarian barongsai pun melegenda hingga kini. Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17,ketika terjadi migrasi besar dari Cina Selatan.

Catatan tertua mengenai tarian ini, ditemukan di daerah barat kekuasaan dinasti Han, sekitar tahun 200 sebelum masehi, perayaan mempergunakan naga yang bisa sampe 100 meteran. Sebenarnya buat memuji dewa air. Agar hujan bisa turun dan tanaman bisa berkembang dengan baik sehingga bisa panen. Sebelum dilaksanakan, biasanya orang-orang didaerah yang akan mengadakan upacara, bakal melakukan upacara penyucian selama 3 hari lamanya.

Sebenarnya, naga ini, dibuat dari kertas, bambu, kayu, rotan, dan bahan cat untuk menghias. Lapisan seekor naga pun sebenarnya pada awalnya adalah sembilan, tetapi sekarang telah memiliki banyak pengembangan, hingga ada yang melebihi 20 lapisan. Biasanya setiap lapisan ini memberikan warna kepada sang naga dengan perlambangan-perlambangan. Pada dasarnya sang naga berwarna hijau yang melambangkan panen yang melimpah, lapisan berwarna kuning keemasan melambangkan tanah atau kesuburan, merah menyala pada ekor dan sisik-sisiknya melambangkan kegembiraan, lapisan berwarna biru dengan ornamen seperti bentuk ombak lautan, dan sepanjang tubuh sang naga biasanya dihiasi dengan warna emas dan perak yang menghiasi keseluruhan badan ini, untuk melambangkan kegembiraan dan kemeriahan perayaan.


Lengkapnya, tarian naga ini biasanya diikuti dengan seseorang yang mengangkat mutiara berwarna merah. Mutiara ini dikatakan melambangkan matahari atau kebijaksanaan. Pertanda bahwa sang naga, akan terus mengejar kebijaksanaan. Tarian naga ini juga biasanya diikuti dengan pemberian angpao ataupun ikatan selada air dengan pita merah, sebagai tanda persembahan buat Sang Naga.
Tarian Singa atau shi wu, juga punya perlambangannya sendiri. Singa dalam adat dan budaya melambangkan kekuatan, keagungan, keberanian, dan kemampuannya untuk menolak bala.


Tarian Singa menurut legendanya adalah anak ke sembilan dari naga dan memang tugasnya buat jadi guardian, Di mana-mana kalau kita ke daratan tiongkok sekalipun biasanya patung singa tuh, ditaruh di depan istana, kantor-kantor, rumah, dan tempat-tempat yang penting. Yang paling terkenal adalah 485 patung singa yang menjadi penjaga jembatan Marcopolo ( Luguo Qiao ).

Tarian singa barongsai ini, butuh ilmu wushu lebih tinggi daripada tarian naga, yang kurang lebih mengandalkan kekuatan dan harmonisasi, biasanya tergantung jenisnya, tarian singa ditarikan oleh 2 orang. Kenapa kita bilang tergantung jenisnya, ini dikarenakan rupanya, singa yang ditarikan itu ada 2 jenis, Singa Utara yang memiliki surai ikal dan berkaki empat, memiliki warna dominan, merah, orange, dan kuning. Singa Utara, biasanya disebut sebagai Peking Lion, atau Singa Peking, dikarenakan bentuknya yang menyerupai anjing Peking. Penampilan Singa Utara kelihatan lebih natural dan mirip singa kalo dibandingkan oleh Singa Selatan yang memiliki sisik serta jumlah kaki yang bervariasi antara dua atau empat.
Singa Selatan biasanya disebut juga Cantonese Lion, dan terbagi atas dua jenis, sesuai dengan pengusaha kertas yang memberikan model utama untuk penggambaran jenis Singa Selatan ini. Jenis singa Fat San, memiliki mulut yang lebih melengkung, sebuah tanduk, dan ekor yang panjang. Sementara jenis singa
Hok San, memiliki mulut yang lebih mendatar, tanduk yang melingkar, dan ekor yang pendek. Sekarang ini, jenis singa Fat San, lebih digemari. Selain itu juga terdapat, gabungan kedua singa ini disebut sebagai Fat Hok Lion, yang memiliki mulut berbentuk lengkung, dengan ekor yang pendek. Selain itu dalam perkembangannya sekarang, terdapat pula versi mini dari singa-singa asli berbadan besar, yang dimainkan oleh anak-anak. Kepala Singa Selatan dilengkapi dengan tanduk sehingga kadangkala mirip dengan binatang 'Kilin'. Gerakan antara Singa Utara dan Singa Selatan juga berbeda. Bila Singa Selatan terkenal dengan gerakan kepalanya yang keras dan melonjak-lonjak seiring dengan tabuhan gong dan tambur, gerakan Singa Utara cenderung lebih lincah dan penuh dinamika karena memiliki empat kaki.
 

Yang paling akhir dan tidak kalah penting adalah iring-iringan waktu tarian-tarian ini dilaksanakan. Bunyi apakah yang menjadi ciri khas atraksi ini ? Ya, benar Dung dan ceng.  Yang paling penting 2 instrumen



Kepala Barongsai
Gendang Barongsai
 Drum Cina yang bikin bunyi dung dan Simbal Cina yang bikin bunyi ceng. Drum ini dibuat dari bahan kayu keras dengan kulit kerbau yang menutupi sepanjang lingkaran atas dan didalam drum ini terdapat lempengan logam, yang menjadi penghasil bunyi dan penguat bunyi agar suara drum terkesan menjadi lebih dalam. Pemain drum adalah pemimpin seluruh kegiatan ini. Gerakan naga dan singa ini ditentukan oleh bunyi drum. Sementara pemain simbal, akan berada disamping penabuh drum, yang akan melihat ke arah mata sang singa.                                                                                                                                                                                                       
Pak Setiawan dan keluarga
Barongsai di Indonesia
Kesenian barongsai diperkirakan masuk di Indonesia pada abad-17, ketika terjadi migrasi besar dari Cina Selatan.
Barongsai di Indonesia mengalami masa maraknya ketika zaman masih adanya perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan. Setiap perkumpulan Tiong Hoa Hwe Koan di berbagai daerah di Indonesia hampir dipastikan memiliki sebuah perkumpulan barongsai. Perkembangan barongsai kemudian berhenti pada tahun 1965 setelah meletusnya Gerakan 30 S/PKI. Karena situasi politik pada waktu itu, segala macam bentuk kebudayaan Tionghoa di Indonesia dibungkam. Barongsai dimusnahkan dan tidak boleh dimainkan lagi. Perubahan situasi politik yang terjadi di Indonesia setelah tahun 1998 membangkitkan kembali kesenian barongsai dan kebudayaan Tionghoa lainnya. Banyak perkumpulan barongsai kembali bermunculan. Berbeda dengan zaman dahulu, sekarang tak hanya kaum muda Tionghoa yang memainkan barongsai, tetapi banyak pula kaum muda pribumi Indonesia yang ikut serta.
jiwa ragaku untuk kemanusian
 Pada zaman pemerintahan Soeharto, barongsai sempat tidak diijinkan untuk dimainkan. Satu-satunya tempat di Indonesia yang bisa menampilkan barongsai secara besar-besaran adalah di kota Semarang, tepatnya di panggung besar kelenteng Sam Poo Kong atau dikenal juga dengan Kelenteng Gedong Batu. Setiap tahun, pada tanggal 29-30 bulan enam menurut penanggalan Tiong Hoa (Imlek), barongsai dari keenam perguruan di Semarang, dipentaskan. Keenam perguruan tersebut adalah:
1. Sam Poo Tong, dengan seragam putih-jingga-hitam (kaos-sabuk-celana), sebagai tuan rumah
2. Hoo Hap Hwee dengan seragam putih-hitam
3. Djien Gie Tong (Budi Luhur) dengan seragam kuning-merah-hitam
4. Djien Ho Tong (Dharma Hangga Taruna) dengan seragam putih-hijau
5. Hauw Gie Hwee dengan seragam hijau-kuning-hijau kemudian digantikan 
                                                   Dharma Asih dengan seragam merah-kuning=merah
                                               6. Porsigab (Persatuan Olah Raga Silat Gabungan) dengan seragam               biru-kuning-biru                                     
 
Walaupun yang bermain barongsai atas nama ke-enam kelompok tersebut, tetapi bukan berarti hanya oleh orang-orang Semarang. Karena ke-enam perguruan tersebut mempunyai anak-anak cabang yang tersebar di Pulau Jawa bahkan sampai ke Lampung. Di kelenteng Gedong Batu, biasanya barongsai (atau di Semarang disebut juga dengan istilah Sam Sie) dimainkan bersama dengan Liong (naga) dan Say (kepalanya terbentuk dari perisai bulat, dan dihias menyerupai barongsai berikut ekornya).
Saat ini barongsai di Indonesia sudah dapat dimainkan secara luas, bahkan telah meraih juara pada kejuaraan di dunia. Dimulai dengan Barongsai Himpunan Bersatu Teguh (HBT) dari Padang yang meraih juara 5 pada kejuaraan dunia di genting – malaysia pada tahun 2000. Hingga kini barongsai Indonesia sudah banyak mengikuti berbagai kejuaraan-kejuaraan dunia dan meraih banyak prestasi. Sebut saja beberapa nama seperti Kong Ha Hong (KHH) – Jakarta, Dragon Phoenix (DP) – Jakarta, Satya Dharma – Kudus, dan Paguyuban Sosial Marga Tionghoa Indonesia (PSMTI) – Tarakan. Bahkan nama terakhir, yaitu PSMTI telah meraih juara 1 pada suatu pertandingan dunia yang diadakan di Surabaya pada tahun 2006. Perguruan barongsai lainnya adalah Tri Pusaka Solo yang pada pertengahan Agustus 2007 lalu memperoleh Juara 1 President Cup.

ol

                                                                                                                    



Tidak ada komentar:

Posting Komentar